Ad (728x90)

Kamis, 27 November 2014

Filled Under:

Monggo Mas , Masih Ada Dua 'Anak' Saya Yang Belum Kepakai Lho !

Serba Serbi
iLustrasi Prostitusi

Gencarnya pemberitaan ritual 'esek-esek' di Gunung Kemukus, Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, menarik perhatian kalangan DPRD setempat. Rombongan DPRD Sragen, dipimpin Ketua Bambang Samekto langsung menggelar inspeksi mendadak (sidak) di kawasan Waduk Kedung Ombo (WKO) tersebut.

Bahkan, saat mendatangi salah satu rumah di kawasan Kemukus, Bambang Samekto yang tidak mengenakan seragam resmi, sempat ditawari 'ngamar' oleh salah satu Pekerja Seks Komersil (PSK). "Monggo mas
, masih ada dua 'anak' saya yang belum kepakai lho ! Kalau mau silakan masuk," ujar salah satu pemilik warung menawarkan.

Bambang yang mengenakan kemeja lengan panjang dan celana jins hitam kemudian mencoba mengorek informasi dari ibu-ibu yang menunggu warung makan. Karena tidak tahu siapa laki-laki yang datang, perempuan tersebut malah menawarkan layanan seks.

Mendapat tawaran tersebut, Bambang memilih meninggalkan warung dengan beralasan akan ziarah di Makam Pangeran Samudro di bagian atas bukit (Gunung Kemukus). Perjalanan Bambang dengan anggota legislatif lain kemudian berlanjut ke rumah-rumah penyedia layanan karaoke di sisi barat makam Pangeran Samudra. Rombongan sempat mengorek informasi tentang praktik prostitusi di Gunung Kemukus. 


Tempat Wisata Kemukus dari jauh

Mitos Keliru Penyubur Bisnis 'Esek-Esek'


MITOS keliru yang berkembang di dalam masyarakat semakin menyuburkan praktik prostitusi liar di kawasan Obwis Gunung Kemukus di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen ini. Bahkan, banyak pengunjung percaya mitos tersebut dan kemudian menyewa PSK untuk berhubungan badan sebelum melakukan ritual ziarah.

Lantas, mitos apa yang dipahami keliru di kawasan tersebut sehingga dikenal sebagai kawasan pemuas syahwat ketimbang sejarah religius? Juru kunci Makam Pangeran Samudro, Hasto Pratomo mengakui, mitos keliru tentang ziarah di Kemukus itu mulai terjadi sekitar tahun 1960. 

Saat itu para pengunjung percaya kalau berziarah di makam tersebut bisa mencari berkah bahkan pesugihan. Ironisnya lagi, agar keinginan mencari berkah tersebut bisa cepat terkabul harus melakukan hubungan badan dengan bukan pasangan resminya. "Mitos ini kemudian terus berkembang sampai sekarang. Bahkan, bangunan liar di sini semakin banyak berdiri dan rata-rata pemiliknya bukan warga asli sini," jelasnya.

Menurut Hasto, awal dari kekeliruan mitos ini bermula saat berkembang cerita tentang sosok Pangeran Samudro dan ibu tirinya, Ontrowulan. Bahkan ada cerita yang mengisahkan jalinan terlarang antara Pangeran Samudro dengan ibu tirinya tersebut. "Padahal kami selaku juru kunci jelas membantah cerita keliru tersebut. Kalau ingin ziarah di makam sini silakan saja, tapi jangan dibumbui dengan seks," tuturnya. (Lokasi 'Nyelempit', Prostitusi Liar Marak)

Bantahan juga diungkapkan Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olah Raga (Disparbudpor) Sragen. Cerita tersebut dinilai hasil dari penyimpangan cerita sebenarnya tentang perjalanan hidup Pangeran Samudro. Sebenarnya, Pangeran Samudro adalah putra dari raja terakhir Kerajaan Majapahit dari istri selir. Dia bersama ibunya diboyong ke Demak Bintoro oleh Sultan Demak kala itu.

thebinde.com

Mengucapkan

Terima kasih pada sobat yang sudah berkunjung disini. Semoga Allah selalu memberi kesehatan, kebahagiaan dan rejeki yang melimpah kepada kita semua, amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Anda bisa mengunjungi Blog/ Website saya dengan 'klik' gambar dibawah ini,Oke ?

  • Copyright © Mas Binde™ is a registered trademark.
    Support by Mas Binde - . Manusia Biasa.