Cerita dan sejarah tentang perjuangan Pangeran Diponegoro menarik Peter B. R. Carey, seorang Sejarawan Inggris untuk menelitinya.
Dia bahkan bergulat dan membukukan penelitian disertasinya itu menjadi sebuah buku berjudul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855. Carey juga mengungkap hilangnya naskah Babad Diponegoro yang asli.
Carey yang mengenakan pakaian batik bermotif daun nampak bersemangat menceritakan Pangeran Diponegoro yang merupakan salah satu pahlawan nasional di Indonesia. Berawal dari tugas disertasi sebagai syarat untuk mendapatkan beasiswa di kuliahnya, Carey kemudian menemukan sosok Diponegoro yang hendak ditelitinya.
Dia mengungkap banyak hal mengenai ketokohan pangeran Diponegoro dalam banyak aspek. Mulai dari kebudayaan Jawa, Islam, dan perjuangan Diponegoro untuk mengembalikan martabat Jawa yang saat itu berada dalam masa kolonial. Dalam sejarah kolonial Belanda peperangan melawan Diponegoro ini dianggap menguras energi dan merugikan.
“Awalnya saya ingin mengambil penelitian mengenai revolusi Perancis. Namun, saat itu, sudah ada banyak penelitian mengenai revolusi tersebut. Saya mendapat tawaran dari pembimbing saya agar melakukan penelitian yang lain dari pada yang lain. Yakni, untuk meneliti Daendels salah satu tokoh Perancis yang akhirnya mendobrak sistem kekuasaan korup VOC di Jawa,” katanya, usai menjadi pembicara di seminas Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF), di Hotel Manohara Borobudur, Kamis (13/11/2014).
Lukisan ,P.Diponegoro |
Pada akhirnya, Carey kemudian meneliti tentang Daendels, namun, akhirnya dia justru menemukan tokoh inspiratif dari tanah Jawa yakni Diponegoro. Dalam disertasinya setebal 1.000 halaman dengan judul The Power of Prophecy Prince Diponegoro and the End of an Old Order in Java 1785-1855, dia menulis detil tentang Diponegoro.
Disertasi ini kemudian diterjemahkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855. Dalam bukunya, Carey menggambarkan Diponegoro sebagai seorang mistikus, muslim yang saleh, dan pemimpin perang suci melawan Belanda antara tahun 1825 dan 1830.
Buku itu juga mengisahkan penghancuran tatanan lama Jawa (1808-1830) oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Lalu terjadi Perang Jawa (1825-1830) yang dipimpin Pangeran Diponegoro.
Carey sendiri menyusun buku ini, dalam kurun sekitar 30 tahun. Dia bertutur tentang riwayat hidup Diponegoro dengan latar pergolakan akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, ketika kekuatan imperialisme baru Eropa melanda Nusantara seperti tsunami Asia.
“Ada juga kedekatan dengan Magelang. Tempat dimana dia ditahan,” imbuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar